Kamis, 15 Desember 2011

Antara Hitam dan Putih

Baik, kali ini kita masih akan bercerita tentang Si Punai dan 13 orang lainnya termasuk saya. Saya suka memberi sebuah perumpamaan di sini. Kami seperti bidak catur.

Kami punya Kuda yang selalu memantau pergerakan Punai yang diibaratkan sebagai raja bidak hitam. Kuda yang mengobrak-abrik pertahanan si punai dengan pion-pion kecilnya.
Sedikit demi sedikit punai menjalankan pion-pionnya. Tapi ada Bungsu yang diibaratkan sebagai Benteng yang mencegahnya melangkah lebih jauh. Kami terlalu menikmati permainan. Sampai-sampai tak ada keinginan untuk melakukan skakmat ke Punai.
Biarkan dia yang menyerah. Penyiksaan batinnya sangat nikmat bagi kami.

Sebelum semakin nggak karuan, jadi inti dari dua cerita sebelumnya adalah bagaimana kau menempatkan diri. Teman bisa jadi musuh saat kau salah melangkah. Sahabat bisa jadi bumerang untuk menghancurkanmu saat kau salah melangkah. Pelihara kejujuran di antara teman. Bukan hanya untuk keuntungan sesaat dan bukan hanya dinilai dari sekedar materi saja. Bukan nominal yang kami permasalahkan, tapi sebuah nilai.

Kamis, 08 Desember 2011

13 vs 1

13 orang melawan 1 orang. Ini konyol. Tapi ini juga yang saya alami di tempat kerja.

Satu bulan masuk kerja, Punai kembali berulah. Ceritanya kami mau pada masang jaringan speedy untuk tiap kamar. Biaya untuk pasang speedy itu 150rb utk pasang telp, harga modem gratis dari telkom. Harga yang keluar dari mulut Punai adalah 250rb utk tiap kamar.

Yang pada mau pasang internet itu ada 4 kamar termasuk Punai. Saya yang memang tau harga, nggak kena, tapi temen-temen yang lain, hampir kena. Jadi kalau yg lain kena, dia untung 200rb. Ini memang bisnis, tapi rasanya tidak etis di saat ini jadi sebuah kepentingan bersama.

Kembali, harga pertemanan ia beli dengan harga 200rb Rupiah. 3 vs 1 berubah menjadi 13 vs 1. Karena akhirnya seluruh teman seangkatan di perusahaan tahu bagaimana busuknya Punai. Ini 1 cerita. Masih banyak cerita lainnya.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Nilai, bukan nominal

Saya mau cerita, tentang seorang teman kuliah, yang akhirnya harus satu kantor dengan saya. Hanya beda department.


Seangkatan saya, itu total ada 16 karyawan baru. Semuanya berusia antara 22 sampai 25 tahun. Dari 16 orang itu, ada 1 karyawan yang dimusuhi oleh hampir semua karyawan baru. Setidaknya ada 13 orang karyawan baru yang tak suka, tak bicara, tak saling sapa dengannya. Kami sebut ia dengan nama Punai.


Orangnya sangat, sangat, sangat ngejengkelin. Kalo ketawa, pasti itu adalah sebuah tertawaan yang meremehkan dan menjatuhkan teman. Sebenarnya saya sudah melihat ini lama. Karena saya dengan Punai itu masih 1 angkatan di kampus.


Sebenarnya otaknya encer. Pinter sih nggak. Cuma dia pintar memanfaatkan teman. Tugas, ngopi. Kalo kerja kelompok, langsung ikut sama yang pinter. Abis kerjaan selesai, siap2 aja kamu bakalan nerima ejekan-ejekan, bahkan diremehkan oleh punai. Ngomongnya sih sambil becanda, tapi itu nusuk. Sumpah, itu dalem banget.


Itu kelakuannya saat kuliah. Permusuhan kami berawal dari 3 vs 1. Yakni aku, Bungsu, dan Angah melawan Punai. Kebetulan tempat kerja kami itu berjauhan dengan kota tempat kami tinggal. Sekitar 325km. Kalo mau naik motor, pasti pantat bakalan tipis, salah2 lecet. Jadi saya berinisitif untuknaik travel dan motor di paketin naik mobil pick up.


Kempretnya Punai tu gini, tu mobil sewaan harganya cuma 900rb. Tapi bilang ke kami 1,2jt. Kalo dibagi 4, 300rb an dong perorangnya. Kalo harganya cuma 900, ada sisa dong 300, masuk kantong siapa? Ya Punai lah. Jadi udah dia berangkat gratis karena di anterin, motor juga gratis. Dan cukup itulah harga pertemanan kami.


Lanjut nanti.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

???

Sebenarnya saya bingung mau nulis apa dan bagaimana. Sudah lama saya nggak nulis untuk blog saya ini. Sejak terakhir saya posting tulisan saya tanggal 6 April 2011, saya nggak pernah nulis lagi. Kebetulan, waktu itu saya juga lagi sibu-sibuknya ngerjakan skripsi. Sampai-sampai banyak pekerjaan yang terbengkalai. Mulai dari nyukur kumis, nyukur jenggot yang sampe dikata akar gigi yang kepanjangan. Untungnya saya nggak perlu nyukur bulu dada.


Saya lulus kuliah, nggak dipusingin dengan skripsi lagi dong....
Alhamdulillah, abis lulus langsung keterima di salah satu perusahaan semen di Indonesia yang joinan sama perusahaan semen di Jerman sono. Kerja lah jadinya. Satu perhitungan yang sedikit meleset. Sinyal di tempat kerja saya, buruk. Tapi bukan itu masalah intinya. Saya nggak punya modem selain modem spidi di rumah. Jleb, ini dalem banget. Makin nggak keurus ni blog. Kalau kebo aja ngga diurus bisa kurus, ya untungnya blog ngga kaya kebo yang harus selalu diberi makan dan minum. Terus ngapain saya bawa-bawa perumpamaan itu? Nggak penting banget.


Intinya adalah, sekarang saya perlu modem biar nggak minjem modem temen saya ini lagi. Dan pembelian modem itu akan dilaksanakan dalam waktu dan tempo yang sesingkat-singkatnya.