Baik, kali ini kita masih akan bercerita tentang Si Punai dan 13 orang lainnya termasuk saya. Saya suka memberi sebuah perumpamaan di sini. Kami seperti bidak catur.
Kami punya Kuda yang selalu memantau pergerakan Punai yang diibaratkan sebagai raja bidak hitam. Kuda yang mengobrak-abrik pertahanan si punai dengan pion-pion kecilnya.
Sedikit demi sedikit punai menjalankan pion-pionnya. Tapi ada Bungsu yang diibaratkan sebagai Benteng yang mencegahnya melangkah lebih jauh. Kami terlalu menikmati permainan. Sampai-sampai tak ada keinginan untuk melakukan skakmat ke Punai.
Biarkan dia yang menyerah. Penyiksaan batinnya sangat nikmat bagi kami.
Sebelum semakin nggak karuan, jadi inti dari dua cerita sebelumnya adalah bagaimana kau menempatkan diri. Teman bisa jadi musuh saat kau salah melangkah. Sahabat bisa jadi bumerang untuk menghancurkanmu saat kau salah melangkah. Pelihara kejujuran di antara teman. Bukan hanya untuk keuntungan sesaat dan bukan hanya dinilai dari sekedar materi saja. Bukan nominal yang kami permasalahkan, tapi sebuah nilai.
Kami punya Kuda yang selalu memantau pergerakan Punai yang diibaratkan sebagai raja bidak hitam. Kuda yang mengobrak-abrik pertahanan si punai dengan pion-pion kecilnya.
Sedikit demi sedikit punai menjalankan pion-pionnya. Tapi ada Bungsu yang diibaratkan sebagai Benteng yang mencegahnya melangkah lebih jauh. Kami terlalu menikmati permainan. Sampai-sampai tak ada keinginan untuk melakukan skakmat ke Punai.
Biarkan dia yang menyerah. Penyiksaan batinnya sangat nikmat bagi kami.
Sebelum semakin nggak karuan, jadi inti dari dua cerita sebelumnya adalah bagaimana kau menempatkan diri. Teman bisa jadi musuh saat kau salah melangkah. Sahabat bisa jadi bumerang untuk menghancurkanmu saat kau salah melangkah. Pelihara kejujuran di antara teman. Bukan hanya untuk keuntungan sesaat dan bukan hanya dinilai dari sekedar materi saja. Bukan nominal yang kami permasalahkan, tapi sebuah nilai.
1 komentar:
Dasar punai!
Posting Komentar